
SURABAYA (wartadigital.id) – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unair berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI), Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya memberikan edukasi kepada orangtua ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) agar bisa menangani kegawatdaruratan gigi di rumah.
Kegiatan digelar di Rumah Anak Prestasi (RAP) di Nginden Semolo milik Pemkot Surabaya, Selasa (20/5/2025). Yang istimewa kegiatan ini berkolaborasi dengan sejumlah dokter gigi dan guru besar dari University of Malaya, Malaysia untuk sharing ilmu dan pengalaman. “Melalui kegiatan ini kami berharap orangtua ABK bisa menangani kalau terjadi kegawatdaruratan gigi ABK di rumah,” kata Prof Tania Saskianti, drg, PhD, SpKGA Subsp AIBK (K) salah satu dosen Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi yang menggawangi kegiatan ini.
Dijelaskan Prof Tania, anak berkebutuhan khusus mempunyai keterbatasan kecerdasan dan motorik yang menyebabkan kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi yang berujung banyaknya kasus gigi berlubang atau karies gigi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan mereka dalam mengurus dirinya sendiri secara independen, sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan intervensi dini berupa bantuan dari orangtua dan dokter gigi untuk mencegahnya. Selain itu kegiatan mereka yang super aktif membuat mereka rawan jatuh dan menyebabkan gigi patah atau bahkan terlepas. “Jadi dibandingkan anak tipikal atau normal umumnya, gigi anak berkebutuhan khusus butuh perhatian ekstra. Yang kerap terjadi kasus gigi lubang, karena belum pandai menyikat gigi, suka makanan manis-manis dan takut periksa ke dokter gigi. Anak berkebutuhan khusus risiko trauma gigi kejadiannya lebih tinggi dibandingkan anak tipikal karena aktivitasnya mereka kerap jatuh dan berisiko gigi patah. Dua kasus tertinggi itu yang banyak dialami anak berkebutuhan khusus,” katanya.

Dalam kegiatan itu, sejumlah tim dokter gigi Unair termasuk mahasiswa program studi spesialis kedokteran gigi anak membentuk kelompok orangtua. Setiap kelompok diajari dengan praktik langsung bagaimana cara menghandel gigi yang lepas atau patah di rumah. Dalam pembekalan itu, juga muncul konsultasi antara orangtua dengan dokter gigi. Saat orangtua dibekali pengetahuan, anak-anak juga bisa periksa gigi gratis di Rumah Anak Prestasi.
Prof Tania menjelaskan edukasi hari ini merupakan rangkaian kegiatan menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2025 nanti. Bulan depan pihaknya rencananya menyelenggarakan kegiatan sikat gigi bersama di RAP yang lain. Dan pada Juli menghadirkan mobil keliling untuk pemeriksaan gigi gratis di RAP Dukuh Menanggal. “Kegiatan hari ini merupakan rangkaian kegiatan pertama menuju Juli nanti. Menyambut Hari Anak Nasional, kami akan turun ke lapangan untuk memberikan edukasi dan pemeriksaan gigi gratis,” katanya.

Kepala UPTD Kampung Anak Negeri Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Eva Rachmawati SPsi, MM menjelaskan bersamaan dengan edukasi bagi orangtua, telah disiapkan dua dokter gigi untuk memeriksa ABK secara gratis. “Seluruh layanan kami gratis bagi warga Surabaya. Karena itu yang bisa mendapatkan layanan gratis ini hanya orangtua ber KTP Surabaya ataupun ABK ber KTP Surabaya,” katanya.
Kampung Anak Negeri Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya bertanggung jawab atas pengelolaan Rumah Anak Prestasi. Rumah Anak Prestasi ini merupakan wadah untuk anak-anak disabilitas agar dapat berkarya dan mengembangkan bakat mereka.
Lebih detail, Eva Rachmawati mengatakan bahwa Rumah Anak Prestasi adalah contoh pemenuhan hak anak dan memberikan ruang bagi anak-anak dengan disabilitas untuk menunjukkan potensi mereka. Saat ini, Pemkot Surabaya memiliki 4 RAP. RAP pertama berada di Nginden Semolo, RAP kedua di Sonokawijenan, RAP ketiga di Kedung Cowek, dan RAP keempat yang baru saja diresmikan berada di Dukuh Menanggal. “Saat ini ada 282 siswa di RAP Nginden Semolo mulai anak-anak hingga usia 18 tahun,” katanya.
Di setiap RAP terdapat sejumlah fasilitas di antaranya Ruang Terapi Wicara, Terapi Akupuntur, Terapi Perilaku dan Okupasi, Dokter Umum dan Spesialis, Fisioterapi, Handycraft, Melukis, Menjahit, Membatik, Musik, Modeling, Fotografi, Pembelajaran dan Konseling. Selain itu, ada juga musala untuk tempat mengaji. Bahkan ada pula ruangan untuk konsultasi Dokter Spesialis Anak dan Klinik Gigi.
Ketua Tim Kerja Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nur Laila mengatakan RAP di Nginden Semolo bekerjasama dengan IDGAI selama ini telah melakukan pemeriksaan gratis kepada anak berkebutuhan khusus. Orangtua anak juga bisa berkonsultasi dengan dokter gigi anak yang bertugas. “Ini menumbuhkan kepedulian orangtua untuk menjaga kesehatan gigi anaknya. Karena itu menggandeng FKG Unair, Pemkot Surabaya akan terus berkolaborasi dan datang langsung ke sekolah-sekolah untuk mengatasi penyakit gigi dan mulut, terutama bagi anak-anak Surabaya,” katanya. nti