JAKARTA (wartadigital.id) – Ekonomi domestik diproyeksikan akan pulih secara bertahap pada tahun ini. Kondisi tersebut didorong oleh rangkaian kebijakan yang dilakukan pemerintah dan otoritas moneter untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
Demikian hasil kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Indikator mengarah ke pemulihan ekonomi sudah terjadi. Misalnya saja Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan peningkatan pada level di 85,8, sedikit meningkat dibandingkan 84,9 pada Januari. IKK tercatat lebih tinggi untuk responden dengan tingkat pengeluaran antara Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per bulan.
“Peningkatan IKK tersebut disebabkan oleh persepsi kondisi ekonomi saat ini, ketersediaan lapangan kerja, pendapatan dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama,” ungkap Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam rilis Analisis Makro Ekonomi Edisi Maret 2021, Rabu (17/3/2021).
Sementara untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan memulihkan daya beli, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberlakukan diskon pada pajak untuk penjualan mobil dan properti. Pajak pertambahan nilai untuk kendaraan mewah tertentu dan rumah atau apartemen di bawah Rp 5 miliar akan mendapatkan potongan pajak mulai dari 100 persen hingga 25 persen.
Bank Indonesia juga menurunkan persyaratan uang muka untuk kredit kendaraan baru dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bulan lalu sebagai upaya untuk merangsang permintaan agregat. Aturan ini rencananya akan berlaku hingga akhir 2021.
Dalam hasil kajiannya, LPEM FEB UI juga memandang bahwa perkembangan pemulihan ekonomi terlihat pada neraca perdagangan yang mencatatkan surplus sebesar 2 miliar dolar AS pada Februari 2021, meningkat 1,89 persen dari surplus Januari sebesar 1,96 miliar dolar AS.
Meskipun, migas mencatat defisit neraca perdagangan yang lebih rendah sebesar 0,44 juta dolar AS dibandingkan dengan Januari 2021. Perdagangan non migas terus mencatat surplus perdagangan sebesar 2,4 miliar dolar AS, meskipun lebih rendah 7,1 persen dari level Januari.
Dari sisi ekspor, terdapat peningkatan ekspor besi dan baja sebesar 240,7 juta dolar AS, atau 24,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yang menunjukkan pemulihan ekonomi mitra dagang. Dari sisi impor, kenaikan tertinggi terjadi pada mesin dan peralatan mekanis sebesar 172,8 juta dolar AS atau naik 10,03 persen dari level Januari.
“Hal ini menunjukkan kegiatan manufaktur mulai meningkat, pertanda baik dalam pemulihan,” jelas Riefky.
Indikasi pemulihan lainnya ditunjukkan oleh kasus Covid-19. Kasus positif Covid-19 harian menunjukkan tren penurunan sejak Januari 2021. Per 16 Maret 2021, ada 5.414 kasus yang dikonfirmasi. Namun, persentase kematian ada pada level 2,7 persen, masih lebih tinggi dari persentase kematian global sebesar 2,2 persen.
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu tetap waspada untuk menekan laju penyebaran virus. Peluncuran vaksin bersamaan dengan kebijakan stimulus diharapkan dapat membantu mengembalikan kepercayaan konsumen dan bisnis secara bertahap,” tutup Riefky.
Sebelumnya Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty menilai bahwa meningkatkannya impor menunjukkan adanya pemulihan sektor industri di Tanah Air. Industri kembali meningkatkan aktivitas produksinya. “Ini menunjukkan kita sudah pulih dari sisi industri,” katanya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (16/3/2021).
Ia menjelaskan, produk Impor tertinggi yang dilakukan Indonesia ada untuk bahan baku dan penolong, yaitu sekitar 74%. Bahan baku dan penolong ini digunakan untuk memproduksi produk dari industri yang ada.
Meski terjadi pemulihan dari segi produksi industri, lanjut Telisa, dari sisi demand belum membaik. Hal ini terlihat dari konsumsi masyarakat yang masih rendah. “Jadi terjadi pemulihan dari sisi produksi. Tapi dari konsumsi masyarakat masih menahan karena lemahnya daya beli,” terang Telisa. yan, ins