Pengmas ACDH Gili Iyang 2025, Implementasi Solar Shelter dan Sprinkler Dukung Energi Terbarukan di Pulau Gili Iyang

 

Pemasangan solar shelter FTMM Unair menggunakan panel surya 50 Wp, baterai VRLA 12V 50Ah, serta inverter 1.000 W untuk menyediakan listrik yang stabil.

SUMENEP (wartadigital.id) – Pulau Gili Iyang di Kabupaten Sumenep dikenal sebagai pulau dengan kadar oksigen tertinggi di Indonesia dan menjadi destinasi wisata kesehatan oksigen. Namun, masyarakat setempat masih menghadapi keterbatasan akses energi listrik.

Bacaan Lainnya

Kondisi ini mendorong Unair melalui Fakultas Teknologi dan Multidisiplin (FTMM) memperkenalkan solusi energi baru terbarukan berbasis tenaga surya. Melalui pembangunan solar shelter, masyarakat kini dapat mengisi daya sepeda listrik dan perangkat elektronik secara mandiri menggunakan energi matahari yang ramah lingkungan.

Tim dosen dan mahasiswa yang dipimpin Koordinator Program Studi Teknik Elektro FTMM  Muhammad Syahril Mubarok SST, MSc, PhD melaksanakan program pengabdian masyarakat (pengmas) bertajuk “Implementasi Solar Shelter untuk Menunjang Sistem Energi Terbarukan yang Berkelanjutan di Pulau Gili Iyang” di wilayah tersebut.

Kegiatan pengmas berlangsung pada 23–26 Oktober 2025 di Pantai Ropet sebagai bagian dari program Airlangga Community Development Hub (ACDH) Unair 2025 dengan klaster diseminasi teknologi, sosial dan budaya, pemfilter air bersih dan sosialisasi bahaya mikroplastik. Program ACDH Unair merupakan inisiatif multidisiplin yang mengintegrasikan hasil riset Universitas Airlangga ke dalam solusi nyata bagi masyarakat di daerah tertinggal.

Selama kegiatan, tim melakukan sosialisasi tentang penggunaan dan perawatan sistem solar shelter. Masyarakat dan pemuda Karang Taruna ikut membantu proses instalasi, menunjukkan kolaborasi nyata antara akademisi dan warga.

ACDH Unair menggandeng Kelompok Pokdarwis Gili Iyang dalam pengelolaan wisata lokal dan memperkuat citra Gili Iyang sebagai destinasi ekowisata berbasis energi bersih.

Tim juga menggandeng Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gili Iyang sebagai mitra utama, karena peran penting mereka dalam pengelolaan wisata lokal. Kehadiran fasilitas ini meningkatkan kenyamanan wisatawan dan memperkuat citra Gili Iyang sebagai destinasi ekowisata berbasis energi bersih.

Program Solar Shelter FTMM Unair menggunakan panel surya 50 Wp, baterai VRLA 12V 50Ah, serta inverter 1.000 W untuk menyediakan listrik yang stabil. Sistem ini beroperasi efisien di wilayah terpencil dan mudah dirawat. “Selain memberi manfaat langsung bagi masyarakat, kegiatan ini juga menjadi media edukasi publik. Khususnya tentang pentingnya transisi menuju energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan,” kata Muhammad Syahril Mubarok.

Pemasangan solar shelter FTMM Unair menggunakan panel surya 50 Wp, baterai VRLA 12V 50Ah, serta inverter 1.000 W untuk menyediakan listrik yang stabil.

Selain itu tim juga memasang sprinkler taman di area lahan 1 hektare yang dihibahkan Ketua Pokdarwis Gili Iyang, Ahyak Ulumuddin ke Unair. Melalui kegiatan ini, FTMM Unair berkomitmen mendukung implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), poin 9 (Industri, Inovasi dan Infra stuktur) dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan menciptakan inovasi berkelanjutan yang menjawab tantangan energi di daerah 3T serta memperkuat kemandirian energi bersih di Indonesia.

Tim Prodi Teknik Industri Pasang Filter di Depo Air

Sementara itu Program Studi Teknik Industri FTMM Unair  juga menggelar pengabdian masyarakat khususnya yang berfokus pada inovasi filter air.

Pemasangan filter air di Depo Air Unair di Gili Iyang, kolaborasi Dosen dan mahasiswa Prodi TI FTMM Unair.

Pemasangan filter air dipimpin oleh Dosen Prodi Teknik Industri Gunawan Setia Prihandana MEng, PhD dan melibatkan mahasiswa Prodi TI.  Menurut Gunawan, filter air ini menggunakan 4 bahan aktif. Pertama, pasir aktif, pasir mangan, karbon aktif dan zeolit.

Pemasangan filter air di Depo Air Unair di Gili Iyang, kolaborasi Dosen dan mahasiswa Prodi TI FTMM Unair.

Gunawan menjelaskan pihaknya menambah filter air sebagai mikro filtrasi. Di mana depo ini sudah memiliki RO, namun timnya menambahkan filter sebelum air masuk RO. Terlebih, kandungan air pada depo ini cukup tinggi zat kapur.

Paralel dengan kegiatan pemasangan solar shelter dan filter air, juga digelar sosialisasi dampak mikroplastik dan bahaya penggunaan  plastik sekali pakai SMP Islam Nurul Iman.  Sekitar 30 siswa ikut sosialisasi ini.

Sosialisasi dampak mikroplastik dan bahaya penggunaan plastik sekali pakai di SMP Islam Nurul Iman oleh tim FST Unair.

Koordinator Pengmas ACDH Gili Iyang 2025  Prof Dr Ir Retna Apsari MSi, IPM menjelaskan Pulau Gili Iyang memiliki potensi wisata alam dan udara bersih, namun masih menghadapi keterbatasan sarana air bersih dan  pengelolaan  limbah  plastik.  Kurangnya  kesadaran  masyarakat terhadap  bahaya  plastik  sekali  pakai  turut  memperparah  potensi pencemaran   lingkungan.   Oleh   karena   itu,   kegiatan   pengabdian masyarakat bertema “Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Dampak Mikroplastik dan Sosialisasi Bahaya Penggunaan Plastik Sekali Pakai untuk Mendukung SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) di Pulau Gili Iyang” diusulkan.

“Semoga dengan pemasangan filter di depo air ini bisa membantu memenuhi kebutuhan air bersih warga di Pulau Gili Iyang. Selain itu mampu  meningkatkan  kesadaran  masyarakat  akan  dampak  plastik terhadap kesehatan dan lingkungan,” kata Prof Retna. *

 

APA KATA MEREKA

Achmad Faqih

Pelajar kelas IX SMP Islam Nurul Iman

Seru dan Kreatif

Kegiatan sosialisasi bahaya mikrolastik ini seru dan kreatif. Saya semakin memahami pentingnya menjaga kualitas air dan mengelola limbah plastik secara bijak untuk kelestarian Pulau Gili Iyang, tempat kami tinggal. Ternyata hala-hal sepele yang tanpa sadar mungkin kita lakukan,  dampaknya sangat besar bagi kesehatan manusia, dan lingkungan sekitar.

 

Supriyadi

Guru SMP  Islam Nurul Iman

Apresiasi Kedatangan Unair

Kegiatan sosialisasi ini bagus untuk menumbuhkan kesadaran serta mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di kawasan pesisir. Juga ancaman pencemaran  mikroplastik ke dalam sumber air tanah maupun air laut.

Saya mengapresiasi kedatangan teman-teman Unair yang sudah banyak membuat terobosan di Pulau Gili Iyang.   Saya berharap di tahun-tahun berikutnya Unair tetap menjalin kerjasama dengan Pulau Gili Iyang. *

Pos terkait