SURABAYA (wartadigital.id) – Penjara Kalisosok disarankan dialihfungsikan sebagai wisata cagar budaya di Kota Surabaya. Wisata penjara merupakan wisata yang terbilang unik sehingga para pelancong akan tertarik berkunjung ke bangunan cagar budaya dengan tipe A itu.
“Dengan adanya wisata Penjara Kalisosok dapat mengoptimalkan pemanfaatan cagar budaya yang terbengkalai. Wisata penjara merupakan jenis wisata terbilang unik, karena selain sebagai tempat wisata yang memiliki edukasi juga memiliki kesan horor,” kata salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Prof Dr Purnawan Basundoro MHum, Kamis (15/4/2021).
Dengan adanya wisata Penjara Kalisosok diharapkan dapat mengintegrasikan adanya wisata kota lama di Surabaya. “Seperti yang kita tahu bahwa Penjara Kalisosok berdekatan dengan objek-objek cagar budaya yang lain, sebagai contoh Jembatan Merah yang terletak di sisi selatan sebelah timurnya. Tentunya dengan adanya wisata Penjara Kalisosok dapat menunjang gagasan Kota Lama di Surabaya,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Budaya tersebut.
Dalam pengembangan Wisata Kota Lama Surabaya, kata Prof Purnawan, dapat mengambil contoh penerapan di wilayah-wilayah lain, seperti Malaka, pulau kecil yang ada di Malaysia yang telah ditetapkan sebagai world heritage atau juga bisa mengambil contoh dari Kuala Lumpur.
Prof Purnawan menjelaskan melalui gagasan wisata Kota Lama, Surabaya tidak hanya sebagai tempat transit keberangkatan wisatawan dari dan ke Bali. Wisatawan dapat singgah di Surabaya bernostalgia nuansa Kota Pahlawan.
“Sejauh ini, Surabaya hanya dijadikan sebagai kota transit untuk para wisatawan menuju Bali. Adanya Wisata Kota Lama Surabaya tentunya dapat menunjukkan sisi lain dari Surabaya sebagai Kota Pahlawan itu sendiri,” tandasnya.
Melalui momentum pembersihan Penjara Kalisosok ini, Prof Purnawan berharap Pemkot Surabaya agar lebih serius terhadap pengembangan cagar budaya di Kota Surabaya. Prof Purnawan mengusulkan Badan Pengelolaan Cagar Budaya sebagai strategi stakeholder pengelolaan cagar budaya di Kota Surabaya.
“Strategi pengembangan cagar budaya di Kota Surabaya yang efektif itu dapat digerakkan dengan adanya Badan Pengelolaan Cagar Budaya. Badan ini tidak perlu melibatkan banyak dinas-dinas terkait. Dalam badan ini nantinya akan mengelola, mengembangkan dan turut menjaga kawasan cagar budaya itu sendiri,” ungkapnya.
Tentunya dalam pengembangan Wisata Kota Lama Surabaya tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi kedalam skema proyek ini. Dalam kesempatan itu, Prof Purnawan memberikan gagasan dengan memanfaatkan teknologi barcode.
“Implementasi teknologi dalam pengembangan wisata sejarah harus dioptimalkan. Oleh karena itu, teknologi barcode dapat diterapkan dalam pengembangan Wisata Kota Lama Surabaya,” pungkasnya. mas