SURABAYA (wartadigital.id) – Puasa Ramadan bukan alasan untuk bermalas-malasan. Sebab, beragam aktivitas fisik sehari-hari tetap harus dijalankan. Salah satunya adalah berolahraga.
Meski demikian, tak sedikit orang yang ragu berolahraga selama Puasa Ramadan. Terutama di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Padahal, menurut Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Dr Bambang Purwanto dr, MKEs berolahraga selama Puasa Ramadan dapat meningkatkan imunitas tubuh.
“Kuncinya ada di pengaturan keseimbangan energi dan aktivitas. Menjalankan puasa dan Salat Tarawih sebagai aktivitas fisik saja kalau rutin dilakukan 30 hari, imunitas pasti naik,” ungkapnya, Senin (19/4/2021).
Bambang -sapaannya- mengungkapkan, banyak manfaat yang akan didapat ketika berolahraga. Di antaranya seperti mengembalikan keseimbangan metabolisme hingga merawat kesehatan reproduksi.
Jika tepat, lanjut Bambang, olahraga juga dapat menguatkan jantung. Terutama mengembalikan stabilitas tekanan darah.
Walau begitu, perlu persiapan yang baik sebelum melakukan aktivitas fisik selama Puasa Ramadan. Di antaranya, tutur Bambang, yakni memerhatikan jumlah asupan nutrisi dan jenis olahraga yang dilakukan.
Perhatikan Asupan Nutrisi
Sebelum mulai berolahraga, Bambang menegaskan agar memerhatikan keseimbangan antara jumlah asupan nutrisi dengan aktivitas fisik yang akan dijalani. Sebab, tubuh harus tetap memiliki keseimbangan antara apa yang didapat dan dikeluarkan.
“Kalau memang besok misalnya ingin berolahraga, ya malam ini mulai dari buka sampai sahur kalau bisa asupan makan ditambah,” tutur Bambang.
Pada dasarnya tubuh tidak dapat dipaksa melakukan aktivitas olahraga melebihi energi yang tersedia. Jika dipaksa, imunitas tubuh terhadap virus, bakteri, jamur, dan patogen penyebab penyakit lainnya cenderung menurun.
“Kalau imunitas turun, maka risiko infeksi meningkat. Ini tidak hanya pada Covid-19, tetapi juga penyakit-penyakit lain yang sekarang naik lagi, seperti demam berdarah dan tipes,” katanya.
Berdasarkan hasil riset, jumlah kalori yang dikonsumsi tubuh selama puasa diketahui relatif turun. Sehingga ketersediaan energi tubuh lebih rendah. Selain itu, pola konsumsi makanan selama puasa juga berubah.
Meski perubahan tersebut sebenarnya tidak terlalu berpengaruh, aktivitas fisik perlu disesuaikan dengan ketersediaan energi. Sebaiknya dioptimalkan pada aktivitas-aktivitas yang penting, seperti bekerja atau belajar.
“Untuk olahraga harus rasional. Misalnya lupa tidak sahur, maka sebaiknya tidak melakukan aktivitas olahraga yang terlampau berat,” terangnya.
Bambang menyarankan untuk memilih aktivitas fisik yang sedang. Artinya mengurangi intensitas olahraga yang biasa dilakukan di luar puasa.
“Ketika ingin berolahraga, lihat dulu kondisinya, mampu atau tidak. Kalau terbiasa main futsal 1 jam, selama puasa bisa dikurangi jadi 30 menit,” imbuhnya.
Perlu diketahui, lanjut Bambang, tidak semua aktivitas fisik dapat dikatakan sebagai olahraga. Ia menjelaskan, olahraga adalah kegiatan terstruktur yang memiliki ukuran, tujuan, dan standar yang jelas.
“Jadi kalau hanya cuci baju atau menyapu itu tidak bisa disebut olahraga. Karena orientasinya kan bukan pada tubuh,” tandas Bambang. mas