
JAKARTA (wartadigital.id) – Indonesia seperti mendapatkan durian runtuh setelah pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Xi Jinping di Sinchuan Tiongkok. Pasalnya, pihak negara Tirai Bambu ini berjanji menggelontorkan dana investasi sebesar Rp 175 triliun ke Indonesia.
Menyikapi hal tersebut mantan Menteri Keuangan RI Fuad Bawazier berharap dana investasi itu tidak disusupi jebakan dari Tiongkok. “Tergantung pada ketentuan dan syarat-syaratnya. Harus fair dan tidak memberatkan ataupun jebakan pada Indonesia,” tegas Fuad Bawazier, Minggu (30/7/2023).
Fuad mengatakan dana tersebut memang dibutuhkan Indonesia untuk membayarkan utang yang kini mencapai 398,3 miliar dolar AS. Menurutnya, Jokowi mendekati Tiongkok lantaran sulit melobi negara-negara Uni Eropa. Ini karena di Eropa sedang mengalami krisis fiskal yang cukup dalam.
Selain itu, kormnflik antara Indonesia dan WTO tentang biji nikel, juga menjadi penghambat masuknya investasi Uni Eropa ke Indonesia. “Di negara negara Barat dana sudah semakin kering sehingga sulit diharapkan. Apalagi mereka sedang berperkara atau tepatnya memperkarakan Indonesia yang tidak mau lagi menjual bahan mentahnya pada Barat,” tutupnya.
Fuad Bawazier menegaskan Indonesia harus tetap waspada dengan janji investasi Tiongkok sebesar Rp 175 triliun. Syarat dan ketentuan yang ketat harus diterapkan agar Indonesia tidak merugi. “Jadi dana dari Tiongkok ini layak diterima dengan syarat-syarat. Jangan grusa-grusu, benar-benar dimanfaatkan, dan dilihat kemampuan bayarnya,” ujarnya.
Dia berharap Indonesia tidak buta dengan iming-iming besar Tiongkok. Jika sampai terlena, maka Indonesia bisa saja ditusuk di kemudian hari. Menurutnya, pengalaman kerjasama dengan Tiongkok seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung harus dijadikan pelajaran berharga agar tidak masuk ke jurang yang sama. “Pengalaman yang lalu harus jadi pelajaran pahit,” tutupnya. rmo