JAKARTA (wartadigital.id) – Pemerintah diminta bersikap tegas terhadap eksodus ratusan warga negara India yang tiba di Indonesia beberapa waktu lalu. Jika perlu, mereka dikembalikan ke negara asalnya.
“Imigrasi perlu menindak tegas, bahkan mendeportasi jika didapati ada WN India yang masuk ke Indonesia tanpa kepentingan khusus,” kata Ketua DPD La Nyalla Mattalitti dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/4/2021).
Dia menilai kedatangan ratusan warga India itu sangat mengkhawatirkan. Beberapa orang ada yang positif terjangkit covid-19. “Kita khawatir terjadi imported case dengan varian Corona baru jika masalah ini tidak diantisipasi,” ungkap dia.
Mantan Ketum PSSI itu mengakui kebijakan deportasi dapat mengganggu hubungan diplomatik Indonesia dengan India. Namun, pemerintah perlu memperhatikan dampak terhadap Indonesia apabila masalah ini dibiarkan.
“Bukan berarti kita tidak peduli dengan India. Tapi akan menjadi ironi, karena di saat pemerintah gencar melarang warganya sendiri untuk mudik atau bepergian, namun tidak benar-benar menutup pintu masuk warga negara asing,” sebut dia.
Dia meminta semua pihak belajar dari lonjakan kasus Covid-19 di India. Penyebab utamanya adalah mengabaikan protokol kesehatan. “Maka kita harus taat dengan anjuran dari pemerintah, jangan menyebabkan kerumunan terjadi dan patuhi selalu protokol kesehatan,” ujar dia.
Untuk diketahui sebanyak 160 orang yang terdiri dari 153 WNA asal India dan tujuh WNI mendarat di Indonesia, Rabu (21/4/2021). Sebanyak 12 dari 153 pendatang itu terinfeksi Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri.
“Sebanyak 12 orang ini langsung diisolasi mandiri di Hotel Hariston tidak 5 hari, tapi 14 hari,” kata Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman dalam konferensi pers, Sabtu (24/4/2021).
Dudung menyebut masa isolasi sengaja diperpanjang. Pasalnya, kasus Covid-19 di India melonjak tajam sehingga antisipasi ekstra mesti dilakukan.
Dijelaskannya isolasi 141 WN India yang negatif Covid-19 dipusatkan di Hotel Holiday Inn. Saat ini, 90 orang tiba di hotel tersebut. “Sisanya 51 orang dalam proses perpindahan dari hotel-hotel yang sudah terdata dan sudah didapatkan,” papar dia.
Sementara itu, tujuh WNI yang masuk dalam rombongan dinyatakan negatif Covid-19. Namun, mereka tetap menjalani isolasi mandiri di Wisma Atlet Pademangan selama 14 hari. Dudung mengimbau warga Jakarta tidak khawatir. Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 DKI betul-betul sudah mendata WNA dan WNI dari penerbangan tersebut.
Orang Kaya Eksodus Keluar Negeri
Banyak orang-orang kaya di India yang dilaporkan kabur ke luar negeri (LN) dengan menyewa jet pribadi saat pandemi virus Corona (Covid-19) semakin menggila. Permintaan untuk jet pribadi dilaporkan meningkat drastis dan harga tiket pesawat melonjak di negara tersebut.
Seperti dilansir AFP, Jumat (24/4/2021), fenomena kaburnya orang-orang kaya India ke luar negeri di tengah pandemi ini terpantau banyak terjadi sebelum Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi menangguhkan seluruh penerbangan dari negara tersebut per Minggu (25/4/2021) waktu setempat.
Telah diumumkan oleh UEA bahwa seluruh penerbangan dari dan ke India akan dihentikan sementara saat lonjakan drastis kasus Corona dilaporkan di India. Pada Jumat (23/4/2021) waktu setempat, India mencetak rekor dunia dengan mencatat lebih dari 332 ribu kasus Corona dalam sehari.
Perbandingan harga pada situs-situs penjualan tiket online menunjukkan bahwa penerbangan komersial sekali jalan dari Mumbai menuju Dubai pada Jumat (23/4/2021) dan Sabtu (24/4/2021) membutuhkan biaya hingga 80.000 Rupee (Rp 15,4 juta), harga ini melonjak 10 kali lipat dari harga normal.
Sedangkan tiket pesawat untuk rute New Delhi-Dubai dilaporkan mencapai lebih dari 50.000 Rupee (Rp 9,6 juta) , melonjak 5 kali lipat dari harga normal. Tidak ada tiket yang ditawarkan mulai Minggu (25/4/2021) waktu setempat selama penangguhan penerbangan selama 10 hari diberlakukan oleh UEA.
Untuk jet pribadi, menurut juru bicara perusahaan penyewaan pesawat, Air Charter Service India, jumlah permintaannya ‘benar-benar gila’. “Kami memiliki 12 penerbangan menuju Dubai besok dan masing-masing penerbangan sudah penuh,” sebutnya kepada AFP.
Hal senada disampaikan juru bicara penyedia charter pesawat lainnya, Enthral Aviation. “Saya menerbitkan nyaris 80 data daftar penumpang untuk penerbangan ke Dubai hanya untuk besok saja,” timpal juru bicara Enthral Aviation kepada AFP.
“Kami telah meminta lebih banyak pesawat dari luar negeri untuk memenuhi permintaan. Dibutuhkan biaya 38 ribu dolar AS (Rp 551,5 juta) untuk menyewa sebuah jet 13 kursi dari Mumbai ke Dubai, dan biaya 31 ribu dolar AS (Rp 449,9 juta) untuk menyewa sebuah pesawat 6 kursi,” terang juru bicara tersebut.
Diketahui bahwa UEA, khususnya Dubai, menjadi tujuan favorit dari orang-orang dari India. Laporan media lokal menyebut sekitar 300 penerbangan dalam seminggu biasanya beroperasi antara UEA dan India.
UEA sendiri menjadi tempat tinggal bagi sekitar 3,3 juta warga India atau sepertiga dari total populasi UEA dengan kebanyakan tinggal di Dubai.
Otoritas Penerbangan Sipil UEA menegaskan bahwa selama penangguhan diberlakukan, semua orang yang datang dari India melalui negara lain harus berada di negara lain selama setidaknya 14 hari sebelum bisa masuk ke wilayah UEA.
Warga negara UEA dan para penumpang yang menggunakan jet pribadi dikecualikan dari persyaratan tersebut. Pesawat kargo juga tidak terdampak.
Pada Jumat (23/4/2021) waktu setempat, larangan masuk ke Inggris dari India juga diberlakukan, kecuali untuk warga negara Inggris dan Irlandia atau warga negara lain dengan status permanent resident. mas, ard, rtr, gel