Varian mutasi ganda virus Corona, B1617, yang berkembang pesat di India, akhirnya sampai juga ke Indonesia. Mobilitas pergerakan manusia, tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu penyebabnya. Lantas apa yang mesti kita lakukan untuk menghadapinya?
Masuknya varian baru Corona SARS-CoV-2 bernama B1617 ke Indonesia tentu mencemaskan banyak pihak, apalagi berkaca pada kejadian di India. Sebaran kasus varian baru itu antara lain varian jenis B1617 ada di Kepulauan Riau 1 kasus dan DKI Jakarta 1 kasus. Varian B117 ada di Sumatera Utara 2 kasus, Sumatera Selatan 1 kasus, Banten 1 kasus, Jawa Barat 5 kasus, Jawa Timur 1 kasus, Bali 1 kasus, Kalimantan Timur 1 kasus. Sementara untuk varian B1351 ada di Bali 1 kasus.
Sebagaimana dikatakan jurubicara vaksinasi Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi MEpid, B1617, bersama B117 dan B1351, kelompok Varian of Concern (VoC) atau varian yang diwaspadai karena memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibanding jenis virus yang beredar sebelumnya.
Salah satu faktor penyebab ledakan kasus Covid-19 di India yang bisa mencapai 350 ribuan bahkan 400 ribu kasus dalam sehari adalah munculnya varian B1617 hasil mutasi ganda yang membuatnya lebih mudah menular. Akibat lonjakan kasus itu, India pun kewalahan. Rumah sakit penuh, banyak pasien tidak tertangani yang membuat angka kematian akibat Covid-19 juga meningkat.
“Memang multifaktor penyebabnya (kasus India) dan itu sebetulnya bisa dicegah. Pertama mereka tidak patuh lagi pada protokol kesehatan (prokes). Dulu ketika saya masih di India, pada September 2020 pasar masih sepi, kereta belum jalan, bis belum jalan, subway belum jalan, bioskop belum buka. Sekarang, berdasarkan laporan teman-teman saya di India, pasar sudah ramai bahkan penuh, bioskop penuh, angkutan umum penuh, bahkan pembatas di subway sudah tidak ada lagi,” kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Dr dr Tjandra Yoga Aditama SpP dalam Podcast Tanya Jawab IDI.
Untuk diketahui, pada 2020 lalu, India sudah berhasil menurunkan kasus baru Covid-19 dari 97 ribu menjadi 9 ribu. Padahal saat itu belum ada vaksinasi. Kondisi ini membuat India lengah, kasus Covid melonjak drastis dari 10 ribu per hari jadi 350 ribu kasus atau meningkat 35 kali.
Adanya pilkada di negara bagian, bulan perkawinan yang biasa dilakukan pada Desember-Februari, festival keagamaan, festival Holi yang tahun ini digelar lagi, memunculkan kerumunan orang yang memicu terjadinya penularan virus di negara berpenduduk 1,3 miliar itu. “Satu lagi jumlah tes, kalau dulu India bisa melakukan 1-1,5 juta tes per hari, belakangan menurun hanya 700 ribuan,” urainya.
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengungkap, varian baru B1617 ini sedang dalam penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) lantaran kemampuannya bermutasi ganda. Dari analisa lebih lanjut, tambahnya, varian asal India ini memiliki berbagai bentuk, seperti B16171, B16172 dan B16173. “Yang B16171 dan B16172 pertama kali diidentifikasi di India pada Desember 2020 dan jumlahnya juga meningkat sejalan dengan peningkatan kasus yang ada sekarang ini,” ujarnya.
Pakar kesehatan masyarakat, dr Pandu Riono MPH PhD, menyebutkan ancaman virus yang selalu bermutasi membuat semua orang harus siap menghadapinya dalam waktu lama. “Kita belum tahu pandemi ini sampai kapan, tahun depan, mungkin juga tahun depannya lagi. Berakhirnya kapan, belum ada yang tahu,” kata aktivis Gerakan Pakai Masker ini.
Dia mengungkap, virus yang beredar saat ini sudah beda dengan virus yang masuk pada awal tahun lalu. Ini terjadi karena mereka terus memperbanyak diri di tubuh host-nya. Nah dalam memperbanyak diri (replikasi), mereka melakukannya dengan cara copy paste. “Kalau copy paste saling terjadi pergeseran, saat itulah bisa terjadi mutasi gen. Adanya pergeseran ini membuat kode-kodenya berubah,” terang Pandu.
Dari 3 VoC itu, varian B117 yang ditemukan di Inggris diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36 sampai 75% dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya,” kata Siti Nadia, Selasa.
Varian B117 saat ini merupakan varian yang paling banyak dilaporkan oleh orang dari berbagai negara. WHO mencatat berbagai peningkatan kasus sampai 49% varian B117 yang bersirkulasi di Asia Tenggara.
Terkait mutasi atau varian baru di Indonesia, terang Nadia, masih terus diteliti dan dilakukan pengujian pada 786 laboratorium. Laboratorium-laboratorium ini juga yang memeriksa Covid-19.
Untuk mencegah penularan lebih meluas, Nadia mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi mobilitas. Situasi yang ada di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk mematuhi betul apa yang sudah dianjurkan atau dilarang oleh pemerintah seperti mudik.
“Tidak ada yang menjamin bahwa dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium yang negatif selama dalam perjalanan ataupun selama dalam proses kita menuju kampung halaman misalnya, kita tidak terpapar Covid-19,” tutur Nadia.
Dengan mudik kemungkinan terjadi penularan saat di kampung halaman dan penularan di kota pasca mudik. “Kalau komunikasi langsung ada risiko penularan, jadi silaturahimnya secara daring dulu,” tambah Pandu.
Soal ke tempat wisata, Pandu mengatakan, sebaiknya jangan ke tempat wisata dulu. “Intinya batasi mobilitas, hindari kegiatan yang menimbulkan kerumunan,” ujarnya. sri