BOJONEGORO (wartadigital.id) – Penerapan protokol kesehatan (Proses) yang ketat sangat penting diterapkan dalam berbagai aspek. Utamanya di momen Bulan Suci Ramadan dan menjelang Idul Fitri 1442 Hijriyah. Agar tidak terjadi peningkatan lonjakan pandemi Covid-19, masyarakat diimbau agar tidak pulang kampung.
“Mohon ditahan dulu agar tidak mudik. Saya tahu tradisi ini penting, tapi kita juga harus mengingat bahwa kita masih di tengah pandemi dan sebagai rakyat Jatim, kita harus selalu gotong royong untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih luas,” ujar Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak saat menghadiri Tasyakuran Peresmian MTs dan MA Plus Pondok Pesantren Al-Ma’ali Mayangrejo, Kalitidu, Bojonegoro, Senin (12/4/2021).
Dijelaskannya saat ini kasus terkonfirmasi di Bojonegoro telah mencapai 1,407 orang. Jika warga tetap memaksa untuk pulang kampung, aparat kepolisian akan menindak tegas.
“Tugas Polsek untuk menahan arus mudik akan semakin berat. Hal ini dikarenakan tenaga Polsek Bojonegoro hanya sekitar 21 orang saja,” ujarnya.
Di samping itu, pelaksanaan Salat Tarawih bersama juga masih harus dibatasi. Itu dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi lonjakan kasus pandemi Covid-19.
“Hanya wilayah zona hijau dan kuning saja yang boleh mengadakan Salat Tarawih. Itupun dengan Prokes yang ketat. Karena Bojonegoro masih zona orange, dihimbau untuk lebih baik tidak melakukannya,” pesan Emil.
Sementara itu kehadirannya Emil disambut Pengasuh Pondok Pesantren dan Pimpinan Yayasan Al-Ma’ali KH Maslahan, Kepala Desa Sunaryo, Camat Kalitidu, serta ratusan santri.
Mantan Bupati Trenggalek itu pun langsung meninjau pembangunan gedung MTs dan MA Plus yang pembangunannya masih berjalan 70 %. Selain itu, ia juga melihat Balai Latihan Kerja (BLK) Bahasa Arab dan Inggris serta Gedung Tahfiz miliki Pondok Pesantren Al-Ma’ali.
Terkait pembangunan tersebut, Emil menyampaikan bahwa pembangunan Ponpes Al-Ma’ali merupakan wujud dari program unggulan Jatim Nawa Bhakti Satya, yakni Jatim Berkah. Di mana, program tersebut dibutuhkan ridho Allah SWT untuk mencapai Jatim yang mulia.
“Disinilah kehadiran musala, masjid, pondok pesantren dan ikon agama lainnya berperan penting dalam menyukseskan salah satu program Nawa Bhakti Satya. Agar Jatim bisa menjadi wilayah yang luhur dan makmur,” ujar Emil.
Selain itu, Emil juga menekankan pentingnya pelestarian pondok pesantren guna pembentukan karakter dan penempaan mental santri. Pembelajaran tersebut menjadi hal yang esensial. Sebab, ilmu duniawi terus berubah sesuai perkembangan zaman.
“Kalau terus menuruti buku dan sains, tidak akan ada habisnya. Dunia terus berubah, terutama dalam bidang teknologi dan digitalisasi sistem. Maka dari itu, kita butuh lulusan dengan jiwa yang kuat. Salah satu yang bisa dilakukan adalah pendidikan dengan basis pengasuhan seperti pesantren ini,” terangnya.
Pembangunan gedung baru, menurut Emil, akan menguntungkan masyarakat sekitar. Maka, pendidikan di Bojonegoro bisa terintegrasi di kawasan ini dan tak perlu keluar daerah lagi untuk bersekolah. ach