wartadigital.id
Potensi UKM

Batik Bama, Padukan Motif Bunga Kenanga Tanjung Khas Kemantren-Pasuruan

Jumiati, pembatik dari Kabupaten Pasuruan menciptakan Batik Bama

PASURUAN (wartadigital.id) – Potensi Desa Kemantren Rejo, Kecamatan Rejoso yang kaya akan bunga kenanga tanjung, dimanfaatkan oleh Jumiati sebagai motif batik buatannya.

Perempuan 60 tahun itu berhasil menciptakan batik bermotif bunga kenanga tanjung yang dinamai Batik Mantren alias Bama. Batik itu kini menjadi favorit para pecinta batik khas daerah. Terlebih para ASN perempuan Pemkab Pasuruan yang diwajibkan memakai syal batik setiap hari Rabu, banyak yang memesan pada Jumiati.

“Terus bersyukur karena sampai hari ini banyak yang pesan batik saya. Baik itu kain, dan yang banyak sekarang ya syal batik. Seperti Puskesmas Ngempit 60 syal, SD Rejoso Kidul 10 syal, untuk SD Pandanrejo 10 juga 10 syal dan lainnya,” kata Jumiati, Senin (27/5/2024).

Awal ketertarikannya membatik dimulai ketika Jumiati mengikuti pelatihan membatik di desanya sekitar tahun 2016. Selama pelatihan, ia tak punya kemampuan membatik sama sekali. Hanya berbekal piawai menjahit, Jumiati nekat belajar membatik dan ternyata membuatnya jatuh cinta.

“Tahunya ya batik di toko-toko kok bagus-bagus. Dari situ saya nekat mencoba, dan ketika bisa ternyata saya tambah jatuh hati sama batik,” ungkapnya.

Saking cintanya dengan batik, Jumiati sempat membuatkan pakaian khas batik untuk semua anggota keluarganya. Termasuk ketika salah seorang anaknya menikah, ia juga menghadiahkan batik untuk bisa dipakai di hari pernikahannya.

“Pas anak saya menikah juga sengaja dibikinkan batik supaya bisa dipakai. Senang sekali pokoknya dengan batik,” katanya.

Saat ditanya alasan ketertarikannya dalam dunia membatik, Jumiati menegaskan bahwa batik adalah warisan dunia yang berasal dari Indonesia. Sehingga sangat rugi apabila tidak dilestarikan, khususnya batik tulis yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia.

Selain itu, batik kini disukai oleh semua kalangan serta apabila menjadi pakaian bisa digunakan di setiap acara, baik formal maupun non formal. “Saya penasaran kenapa batik bisa mahal, ternyata prosesnya yang lama, tapi itulah seninya membatik,” lanjutnya.

Kini, membatik menjadi sebuah hobi yang menghasilkan bagi Jumiati. Dengan dibantu 5 orang serta suami tercintanya, Sudirman (60) hari-hari Jumiati disibukkan dengan kegiatan membatik, mulai dari mendesain gambar, mencanting, pewarnaan hingga finishing.

“Kebetulan suami saya pintar sekali melakukan pewarnaan. Bahkan lebih lihai dari saya. Pokoknya alhamdulillah karena bisa diberi kemampuan membatik dan banyak yang suka,” tuturnya.

Saat ditanya harga, batik-batik buatannya dibanderol dengan harga mulai Rp 250 ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung dari motif dan tingkat kesulitan dalam membuat batik yang dipesan para pelanggannya. sur

Related posts

UKM Binaan SIG Berhasil Ekspor Ribuan Botol Sambal  hingga ke Amerika

redaksiWD

Pilihan Berbisnis Online Kian Mudah dan Beragam, Sinyal Baik bagi Usahawan Pemula

redaksiWD

Bisnis Kuliner Makin Moncer di Tengah Pandemi, Ini Rahasianya

redaksiWD

Leave a Comment