wartadigital.id
Ekbis Headline

Harga Kedelai Impor Melambung,  Tahu Tempe Berpotensi Naik

Istimewa
Harga tempe terancam naik menyusul mahalnya kedelai impor.

 

JAKARTA (wartadigital.id) – Harga tempe dan tahu berpotensi mengalami kenaikan akibat harga kedelai impor yang melambung. Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai kini berada di level 1.586 dolar AS per bushel atau naik 0,62 persen.

Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ayep Zaki memperkirakan hal itu akan mempengaruhi harga tempe dan tahu. Menurutnya risiko sebagai negara pengimpor kedelai, Indonesia akan terus bergantung dengan negara pengekspor. “Apabila terjadi perlambatan ekonomi di negara tersebut yang disebabkan berbagai hal, secara otomatis akan berdampak pula pada negara pengimpor,” ungkap Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ayep Zaki dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (12/2/2022).

Ayep menanggapi pernyataan Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2/2022). Mereka menyatakan dalam beberapa bulan ke depan, harga tahu dan tempe diprediksi akan melambung tinggi. Kenaikan harga ini dipicu naiknya harga kedelai di Amerika. Sebagai pelaku pertanian yang secara terus menerus menggeluti dunia pertanian sejak 2005 sampai sekarang, Ayep menegaskan urusan pangan sebaiknya secara maksimal Indonesia harus mampu memproduksi sendiri. “Impor kedelai yang mencapai 80% lebih untuk kebutuhan nasional setiap tahunnya, membuat Indonesia menjadi sangat tergantung dengan negara pengekspor. Itu sebabnya budidaya kedelai harus mendapat dukungan dari semua pihak, mulai dari off tacker (penjamin), pemerintah, dunia perbankan hingga petani,” urai Ayep.

Ayep optimis atas dasar hasil penelitian dan pengalamannya. Ia menuturkan sudah melakukan uji coba langsung di lahan setelah panen padi, baik di musim tanam ke dua atau ke tiga. Sistem tanpa olah tanah (TOT) budidaya kedelai bisa menghasilkan 1,7-1,8 ton per hektare. Dengan asumsi biaya per hektarenya berkisar Rp 8 juta. “Ini sudah saya lakukan di beberapa tempat. Jika rata-rata per hektare mencapai 1,8 ton dan harga per kilonya Rp 10.000, hasilnya bisa mencapai 18 juta per hektare,” jelas Ayep.

Meski sudah melahukan uji coba, hasil produksi petani tersebut masih harus dipilah untuk memisahkan kedelai berukuran besar, sedang, dan kecil. Pemilahan tersebut dapat memakan hingga 15 persen hasil produksi. Tujuan pemilahan tersebut karena hanya kedelai berukuran besar saja yang bisa diterima pasar.

Dalam mewujudkan cita-cita ini, pihaknya menjalin kerjasama dengan Direktorat Akabi (Aneka Kacang dan Umbi) Kementerian Pertanian untuk program budidaya kedelai mandiri dengan sistem TOT seluas 25 ribu hektare di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. “Insya Allah April nanti kami akan melakukan penanaman perdana budidaya kedelai yang ditargetkan mencapai 1,8 ton per hektarenya,” terang Ayep. bis, ins

Related posts

Sejumlah Jurnalis Terluka Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza Tengah

Lantik Pj Ketua TP PKK Kota Kediri, Arumi Minta Implementasi Program PKK Sesuai Potensi Daerah

redaksiWD

Jaga Kelestarian Objek Wisata, TNI-Polri Kerja Bakti di Air Terjun Toroan Ketapang

redaksiWD