wartadigital.id
Headline Manca

Ngeri, Rasmus Paludan Ancam Rutin Bakar Al-Qur’an Setiap Jumat

Pembakaran kitab suci Al-Qur’an oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia di Stockholm.

 

KOPENHAGEN (wartadigital.id) – Rasmus Paludan , politisi anti Islam Swedia-Denmark, mengancam akan rutin membakar salinan Al-Qur’an setiap hari Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO. Ancaman pemimpin Partai Stram Kurs ini dilontarkan saat beraksi membakar dua salinan Al-Qur’an di depan masjid Kedutaan Turki di Kopenhagen Denmark pada Jumat pekan lalu.

Suara keras menggelegar dari masjid kedutaan saat Paludan berbicara, tampaknya berusaha untuk menenggelamkan kata-kata politisi anti Islam tersebut. “Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebook-nya seperti dikutip dari Anadolu, Senin (30/1/2023).

Paludan yang mendapat perlindungan polisi itu kemudian digiring dengan mobil polisi. Belakangan, di depan Kedutaan Besar Turki, Paludan berkata melalui pengeras suara.  “Begitu dia (Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji tidak akan membakar Al-Qur’an di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 14.00 siang,” ancam Paludan.

Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan NATO, aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS), di tengah perang Rusia di Ukraina. Tetapi aksesi mereka memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, dan Turki telah mengindikasikan akan memblokir pengajuan Swedia—sebagian karena aksi awal Paludan.

Bahkan sebelum itu, Ankara menekan kedua negara untuk menindak militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris oleh Ankara. Kantor berita Anadolu milik pemerintah Turki mengatakan Duta Besar Denmark dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Turki di mana para pejabat Ankara mengecam keras izin yang diberikan untuk tindakan provokatif Paludan yang jelas merupakan kejahatan rasial.  “Duta Besar diberitahu bahwa sikap Denmark tidak dapat diterima dan bahwa Turki mengharapkan izin dicabut,” tulis Anadolu.

Kementerian Luar Negeri Turki kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut Paludan sebagai “penipu dan pembenci Islam” dan menyesalkan fakta bahwa dia diizinkan untuk melakukan demonstrasi provokatif.  “Menunjukkan toleransi terhadap tindakan keji yang menyinggung kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa mengancam praktik hidup berdampingan secara damai dan memprovokasi serangan rasis, xenofobia, dan anti Muslim,” kata kementerian tersebut.

Menteri Luar Negeri Denmark Lars Løkke Rasmussen mengatakan kepada media Denmark bahwa insiden itu tidak akan mengubah “hubungan baik” Denmark dengan Turki, menambahkan bahwa Kopenhagen bermaksud untuk berbicara dengan Ankara tentang undang-undang Denmark yang menegakkan kebebasan. “Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara—dan rakyat kami—dan kemudian tentang orang-orang individual yang memiliki pandangan yang sangat berbeda,” kata Løkke Rasmussen.

Setelah aksi Paludan di Swedia pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Stockholm untuk tidak mengharapkan dukungan untuk tawaran NATO-nya. Turki juga menunda pertemuan penting di Brussels tanpa batas waktu yang akan membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia. sin, ana

 

Related posts

Siapkan Payung Kebijakan dan Regulasi, Khofifah Dukung Himperra Wujudkan Perumahan Murah

redaksiWD

Diajak Main Bapak-bapakan dan Ibu-ibuan, Bocah 7 Tahun Jadi Korban Pencabulan

redaksiWD

Periode Juli 2021, ITS Peringkat Tiga Kampus Terbaik se-Indonesia Versi Webometrics

redaksiWD