JAKARTA (wartadigital.id) – Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang membawa 53 awak, Rabu (21/4/2021) lalu menyisakan misteri.
Kapal selam buatan Jerman itu pada awalnya dinyatakan hilang pada Rabu (21/4/2021) dini hari ketika simulasi pelatihan peluncuran torpedo. Setelah dilakukan pencarian besar-besaran, kapal selam berusia 42 tahun itu dinyatakan tenggelam. Kemudian pada Minggu (25/4/2021), KRI Nanggala-402 ditemukan terbelah tiga bagian di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut. Semua awak kapal dinyatakan gugur.
Sebuah artikel yang diunggah oleh hankookilbo.com pada Kamis (22/4/2021) menyebutkan sejumlah kejanggalan yang kemungkinan berpengaruh terhadap insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Artikel yang ditulis oleh seorang koresponden di Jakarta itu menyebutkan bahwa KRI Nanggala-402 telah melewati batas waktu pemeliharaan hingga tiga tahun.
KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam diesel dengan bobot 1.400 ton. Mengingat sebuah kapal selam biasanya bertahan 25 tahun, maka KRI Nanggala-402 terbilang cukup tua.
Pada 2012, perusahaan kapal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Co Ltd. melakukan pemeliharaan terakhir untuk KRI Nanggala-402. Butuh waktu dua tahun untuk pemeliharaan dan peningkatan seluruh senjatanya.
Berdasarkan jadwal, kapal selam seharusnya melakukan pemeliharaan setiap enam tahun untuk dinyatakan layak, terlebih dengan usia yang tua. Namun hingga saat ini, sudah sembilan tahun lamanya kapal selam itu belum mendapatkan pemelilharaan.
Sumber militer menyebut, KRI Nanggala-402 akan melakukan pemeliharaannya pada tahun depan. “Memang benar kami melakukan perawatan depo terakhir, tapi sudah sembilan tahun yang lalu dan kami tidak terlibat sejak itu,” ujar pihak DSME dalam artikel yang dikutip, Senin (26/4/2021).
Sebelumnya, pada 2004, DSME juga melakukan pemeliharaan untuk kapal selam kembaran KRI Nanggala-402, yaitu KRI Cakra-401 buatan Jerman. Sejauh ini, TNI AL sendiri memiliki dua kapal selam dari Jerman dan tiga dari Korea Selatan.
Bukan hanya pelatihan, kejanggalan lainnya muncul karena kapasitas KRI Nanggala-402 sebenarnya hanya 34 orang. Namun pada saat insiden terjadi, kapal selam diisi oleh 53 orang.
Setelah hilang kontak, terdengar laporan bahwa air masuk ke kapal dan minyak ditemukan di permukaan laut empat jam setelahnya. Sejauh ini pun tidak ada kesaksian mengenai suara ledakan atau deteksi getaran yang kemungkinan menjadi penyebab kecelakaan.
TNI AL saat ini masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti tenggelamnya KRI Naggala-402 di perairan utara Bali. Namun demikian, TNI menyebut bahwa tenggelamnya kapal selam buatan Jerman tersebut bukan karena faktor manusia.
Menurut seorang ahli kapal selam, terdapat kemungkinan air laut masuk saat kapal selam membuka dan menutup pipa torpedo saat pelatihan, yang dilakukan tepat sebelum peluncuran. “Atau, karena kapal selam itu sangat tua, pipa sistem air laut tidak bisa menahan tekanan air,” tambahnya.
Namun dengan kondisi saat ini, KRI Nanggala-402 diperkirakan hanya mampu bertahan dalam kedalaman maksimum 150 hingga 200 meter di bawah permukaan laut.
KRI Nanggala-402 hilang kontak saat latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali, Rabu dini hari, 21 April 2021. Kapal selam itu membawa 53 kru. Status pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 telah dinaikkan dari fase submiss atau hilang menjadi subsunk atau tenggelam, Sabtu (24/4/2021).
Hasil pencarian membuahkan hasil. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan bahwa 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 gugur di perairan Bali, Minggu (26/4/2021). Hal ini diketahui berdasarkan hasil citra bawah air secara visual menggunakan kamera dimana diketahui KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian. set, rmo