GAZA (wartadigital.id) – Milisi sayap kanan Lebanon, Hizbullah kembali menggila, menembakkan lebih dari 80 roket ke kawasan pemukiman di Galilea selama 24 jam terakhir.
“Hizbullah menembakkan lebih dari 80 roket ke pemukiman di Galilea Atas tak lama setelah serangan udara baru-baru ini yang menargetkan ibukota Beirut,” jelas laporan Juru Bicara Hizbullah sebagaimana dikutip dari Anadolu, Jumat (27/9/2024).
Imbas serangan brutal tersebut, Safed yang merupakan kota di Galilea Utara mengalami kebakaran hebat. Menurut laporan harian Israel Yediot Ahronoth, salah satu roket menghantam sebuah rumah di pemukiman Rosh Pinna dekat Safed, menyebabkan kebakaran dan kerusakan properti. Sementara video lain yang beredar di berbagai media sosial terlihat api berkobar di perbukitan, sesaat setelah rudal-rudal tersebut diluncurkan saat malam hari.
Serangan rudal Hizbullah juga membuat sirine terdengar meraung-raung di sejumlah wilayah untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir. Hizbullah mengklaim serangan mematikan tersebut merupakan ulahnya. Hal itu diumumkan langsung oleh pasukan Hizbullah dari Lebanon. Dalam laporannya dijelaskan bahwa pasukan Hizbullah sengaja menargetkan unit elite angkatan laut Israel Shayetet 13 di pangkalan Atlit, yang terletak di selatan Haifa.
Unit itu menjadi target utama serangan Hizbullah karena dianggap sebagai salah satu dari tiga pasukan khusus paling penting di antara jajaran IDF yang menjalankan peran penting dalam perang Gaza.
Adapun serangan ini mulai dilakukan Hizbullah setelah pertempuran dengan Israel membara akibat insiden ledakan pager dan handy talky di Lebanon yang menewaskan puluhan orang, termasuk anggota Hizbullah. Milisi yang disebut-sebut proksi Iran itu menuduh Israel merupakan dalang di balik ledakan pager dan handy talky.
Houthi Turun Tangan
Terpisah setelah Israel melakukan serangan bom pager dan handy talky di Lebanon, kelompok Houthi Yaman menyatakan diri untuk bergabung dengan Hizbullah melancarkan serangan ke Israel.
Pemimpin Houthi di Yaman, Abdul Malik al-Huthi, mengatakan dalam pidatonya bahwa kelompok yang didukung Iran ini tidak akan ragu untuk mendukung Lebanon dan Hizbullah di tengah peningkatan bentrokan lintas perbatasan antara Hizbullah dan Israel.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap Hizbullah, Kelompok Houthi Yaman baru-baru ini menembakkan rudal balistik ke wilayah Tel Aviv, Israel. Tak ada korban jiwa dalam serangan itu, namun Militer Zionis mengatakan serangan intersepsi misil itu menyebabkan ledakan keras hingga puing-puing berjatuhan.
Porak Porandakan Situs Vital Zionis
Menyusul langkah Houthi dan Hizbullah, kelompok milisi Perlawanan Islam di Irak mulai mengintensifkan serangan, menghujani situs vital Israel dengan tembakan mematikan dari rudal jelajah Al’Arqab. “Perlawanan Islam di Irak telah melancarkan serangan terhadap target utama di wilayah Palestina yang diduduki Israel menggunakan rudal jelajah Al’Arqab,” menurut laporan media lokal IRNA.
Laporan itu muncul di tengah bunyi sirine di Golan Israel karena ancaman pesawat nirawak dari milisi Perlawanan Irak. Menurut cuplikan video yang beredar di sosial media, Serangan rudal Irak tepat mengenai gudang Pasukan Pertahanan Israel yang berada di dekat pelabuhan Eliat.
Imbas tembakan rudal itu gudang senjata IDF mengalami kerusakan besar, menyebabkan asap membumbung dan merusak gudang di pelabuhan tersebut. Bahkan tembok gudang tampak rontok hingga puing-puing kehancuran berserakan di mana-mana.
Sumber-sumber dari lembaga militer Israel yang merahasiakan identitasnya mengatakan kepada Haaretz sebanyak 40.000 kombatan milisi dari tiga negara Arab telah bersiaga di dekat Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel. Puluhan ribu milisi dari tiga negara Arab itu disebut-sebut disiagakan di wilayah tersebut untuk membantu Hizbullah ‘menyambut’ serbuan pasukan darat Israel.
Surat kabar harian Haaretz melaporkan puluhan ribu milisi dan tentara bayaran itu telah tiba sejak Selasa (24/9/2024) adapun sebagian besar dari milisi dan tentara bayaran itu berasal dari Irak, Yaman, hingga Suriah. “Puluhan ribu pasukan sekarang berada di sekitar Dataran Tinggi Golan, menunggu panggilan dari pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah untuk bergabung dalam pertempuran,” lapor Haaretz. “Mereka bukan pejuang elite, bukan juga Pasukan Nukhba. Bagaimanapun kami sudah pernah melihat apa yang bisa dilakukan 2.000-3.000 orang bersenjata ketika mereka menyerang sebuah komunitas,” lanjut Haaretz. ana, trb