
Warga Suriah dan Lebanon yang tinggal di Lebanon menyeberang ke wilayah Suriah dengan membawa barang-barang mereka yang dapat mereka bawa di Perlintasan Perbatasan Masnaa setelah serangan Israel di Massna Lebanon pada 4 Oktober 2024.
BEIRUT (wartadigital.id) – Lebanon melaporkan lebih dari 400.000 orang telah meninggalkan negara itu ke Suriah dalam dua pekan terakhir. Pengungsian besar-besaran terjadi saat negara itu bergulat dengan meningkatnya kekerasan dan memburuknya kondisi kehidupan.
Eksodus massal yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menandai salah satu pergerakan populasi paling besar di wilayah tersebut sejak Perang Saudara Suriah. Para pejabat mengaitkan lonjakan emigrasi dengan ketidakstabilan politik yang sedang berlangsung, krisis ekonomi yang parah, dan memburuknya layanan publik, yang telah mendorong banyak pengungsi Lebanon dan Suriah yang tinggal di Lebanon untuk mencari keselamatan di seberang perbatasan.
Situasi tersebut telah diperparah oleh meningkatnya ketegangan antara berbagai faksi bersenjata, yang menyebabkan meningkatnya ketidakamanan di beberapa wilayah, termasuk Beirut, Tripoli, dan wilayah perbatasan selatan.
Pemerintah Lebanon berjuang mengelola kekacauan internal, karena protes dan bentrokan menjadi lebih sering terjadi di tengah ketidakpuasan publik terhadap ketidakmampuan pemerintah mengatasi situasi ekonomi dan kemanusiaan yang memburuk di negara itu.
Pemadaman listrik, kekurangan bahan bakar, dan inflasi yang meroket telah memperburuk kondisi yang sudah buruk, sehingga banyak keluarga terpaksa mengungsi untuk mencari lingkungan yang lebih stabil.
Badan-badan kemanusiaan telah menyatakan kekhawatiran yang semakin besar atas situasi ini, dengan Badan Pengungsi PBB (UNHCR) memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang mengancam di kedua sisi perbatasan. “Kami menyaksikan perpindahan besar-besaran orang, dan situasinya menjadi semakin buruk,” ujar Juru Bicara UNHCR di Beirut dikutip Rabu (9/10/2024).
Juru bicara itu menjelaskan keluarga-keluarga ini tidak hanya melarikan diri dari kekerasan tetapi juga kemiskinan ekstrem, dan pihaknya mendesak masyarakat internasional untuk turun tangan dan memberikan bantuan mendesak.
Roket Hizbullah Serang Markas Unit 8200
Sementara itu kelompok Hizbullah menembakkan rentetan roket Fadi-4 ke Israel, yang diklaim menargetkan markas satuan paling rahasia militer Zionis yang dikenal sebagai Unit 8200. Serangan yang berlangsung pada Senin malam ini memicu sirene meraung-raung di Israel.
Militer Zionis mengaku mendeteksi sekitar lima peluncuran roket melintas dari Lebanon ke wilayah Israel. Militer Zionis mengeklaim beberapa roket tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan rudal, sementara sisanya jatuh di area terbuka.
Ditambahkannya, tidak ada perubahan yang dibuat dalam pedoman Komando Front Dalam Negeri. Sirene serangan udara telah meraung-raung tiga kali sepanjang Senin, yakni saat serangan roket dari Gaza pada pagi hari, kemudian serangan rudal balistik dari Yaman pada sore hari, dan selanjutnya serangan roket dari Lebanon pada malam hari.
Hizbullah Lebanon kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka meluncurkan operasi roket yang menargetkan unit intelijen militer Israel di dekat Tel Aviv. “Operasi peluncuran roket (dilakukan di) pangkalan Glilot unit intelijen militer 8200 yang terletak di pinggiran kota Tel Aviv,” bunyi pernyataan Hizbullah, yang dilansir Reuters, Selasa (8/10/2024).
Sekadar diketahui, Unit 8200 adalah unit intelijen militer terkemuka Israel. Unit ini berada di bawah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan bertanggung jawab untuk pengumpulan, analisis, dan pemrosesan informasi intelijen, terutama yang berkaitan dengan komunikasi dan sinyal elektronik.
Unit 8200 dikenal sebagai “otak” dari banyak operasi intelijen Israel dan berperan penting dalam menjaga keamanan nasional. Anggota unit ini sering kali terdiri dari individu-individu dengan latar belakang teknis dan akademis yang kuat, termasuk lulusan bidang ilmu komputer dan teknik.
Unit 8200 juga terkenal karena kontribusinya terhadap industri teknologi Israel, dengan banyak mantan anggotanya yang beralih ke dunia startup dan inovasi teknologi setelah menyelesaikan layanan militer mereka. sin, ins
