
JAKARTA (wartadigital.id) – Keputusan pemerintah untuk mengimpor 1 juta ton beras terus memicu polemik. Ombudsman terang-terangan meminta agar pemerintah menunda impor beras sebanyak 1 juta ton. Sebab stok beras yang ada di Tanah Air saat ini masih aman.
Ombudsman juga mengendus adanya mal administrasi dalam proses pengambilan keputusan impor beras yang direncanakan oleh pemerintah. “Kami melihat dan mencium adanya potensi mal administrasi terkait mekanisme keputusan impor beras,” kata Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Ia menjelaskan keputusan impor diambil saat stok beras di Tanah Air tercukupi. Dari data yang ada, stok beras yang ada di masyarakat dan Bulog masih aman. “Indikasi kami ada mal administrasi terjadi karena produksi gak ada masalah, stok beras gak ada masalah dan di tingkat penggilingan gak ada masalah. Sehingga kami melihat ini jangan-jangan ada yang salah dalam memutuskan impor beras ini,” terangnya.
Yeka mengatakan merujuk data stok dan produksi beras nasional di 2021, Ombudsman menilai bahwa stok beras nasional masih relatif aman dan tidak memerlukan impor dalam waktu dekat.
“Untuk itu kami meminta Kemenko Perekonomian menunda keputusan impor. Kemenko Perekonomian harusnya melakukan rapat koordinasi terbatas (Rakortas) untuk memutuskan menunda pelaksanaan impor hingga menunggu panen dan pengadaan Bulog paling tidak hingga Mei 2021,” kata Yeka.
Ia memaparkan data stok beras yang ada saat ini. Pertama, stok beras yang ada di Bulog berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan per 14 Maret 2021 mencapai 883 ribu ton beras. Di mana dari jumlah itu terdapat potensi beras yang turun mutu atau kurang layak digunakan sebanyak 400 ribu ton. Turunnya mutu itu berasal dari pengadaan Bulog baik dari dalam negeri maupun impor pada 2018.
“Sehingga stok beras yang layak konsumsi kurang dari 500 ribu ton atau kurang dari 20 persen stok rata – rata setiap bulan. Kebutuhan kita itu 2,5 juta ton setiap bulan, kalau Bulog saat ini punya 500 ribu ton artinya Bulog hanya mempunyai kemampuan kalau ada apa – apa cuma 6 hari untuk memenuhi kebutuhan beras,” terangnya.
Namun stok beras tidak hanya di situ, pada Februari 2021 berdasarkan data Kementerian Perdagangan stok beras yang ada di penggilingan padi sebesar 1 juta ton. Kemudian ada stok beras di lumbung pangan masyarakat ada 6,3 ribu ton, Pasar Induk Cipinang sekitar 30,6 ribu ton, di rumah tangga 3,2 juta ton dan ada juga 262 ton. “Jadi kalau kita jumlahkan stok beras yang ada di Bulog dan pelaku pasar itu ada 6 juta ton,” ungkapnya.
Stok beras tersebut, lanjut Yeka, belum termasuk proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang memprediksi Januari – April sampai produksi beras bisa mencapai 14,54 juta ton. Selain itu, pada perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), beras yang masuk masih dalam kategori normal bahkan berlebih. PIBC selama ini menjadi barometer dalam indikasi kelangkaan beras nasional.
Dari paparan data beras tersebut, tambah Yeka, bahwa impor beras tidak diperlukan dalam waktu dekat. “Ombudsman menilai bahwa stok beras nasional kita masih relatif aman dan tidak memerlukan impor dalam waktu dekat. Jadi kami minta Kemenko Perekonomian menunda keputusan impor,” tandasnya.
Jatim Tolak Impor Beras
Sebelumnya Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa Jatim tidak perlu beras impor. Sebab kondisi stok beras Jatim cukup dan aman hingga akhir Mei 2021. Bahkan saat ini, kondisi beras Jatim sedang surplus. Sehingga tidak ada kebutuhan Jatim untuk suplai beras impor.
“Jawa Timur tidak perlu suplai beras impor. Kita bisa mencukupi kebutuhan pangan dan mampu menjaga kestabilan harga gabah di tingkat petani,” kata Gubernur Khofifah, Senin (22/3/2021).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, stok beras di Jawa Timur akan surplus hingga akhir Mei 2021.
Surplus beras di Jatim ini akan terjadi karena sampai semester satu luas panen Jawa Timur dihitung asumsi sampai dengan April sebesar 974.189 hektare dengan asumsi produksi beras 3.053.994 ton.
“Jadi berdasarkan prediksi dan hitungan kami, di Jatim akan ada surplus 902.401 ton. Dengan jumlah itu, maka Jatim tidak perlu ada suplai beras impor. Stok beras kita sangat melimpah. Bahkan saat ini Tim Satgas Pangan sedang keliling untuk menyerap padi dan beras produksi panen saat ini,” ujarnya.
Selain itu, berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok Januari-April 2021, ketersediaan beras diasumsikan tercukupi. Bahkan tren harga beras juga akan terjaga stabil.
Lebih lanjut ditegaskan Khofifah, angka ketersedian beras yang disebutkan di atas masih belum dihitung tambahan luas panen Mei dan Juni. Yang luas lahannya 295.118 ha dengan produksi 1.008.779 ton. Sehingga produksi beras Jawa Timur sampai dengan semester 1 adalah 1.911.180 ton. jef, tri