SURABAYA (wartadigital.id) – Hallyu atau Korean Wave semakin berkembang di Indonesia. Dapat kita pahami bahwa Hallyu atau Korean Wave adalah budaya pop Korea Selatan yang tersebar ke berbagai belahan dunia, tidak dipungkiri Indonesia. Salah satu Korean Wave yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia terutama remaja perempuan adalah serial drama korea (drakor). Mengikuti fenomena tersebut, mengapa remaja perempuan menggemari drama korea?
Pakar Kajian Sinema Universitas Airlangga (UNAIR) Igak Satrya Wibawa SSos, MCA, Ph.D menyebut bahwa hal itu dikarenakan adanya demam Korean Wave yang sedang menjamur di Indonesia. Hal itu menjadi gelombang budaya di seluruh dunia yang biasa disebut dengan Korean Culture Invasion (Perluasan Budaya Korea, red).
“Saya mengambil asumsi dari awal, ada beberapa kemungkinan faktor penyebabnya, yang utama tentu saja karena adanya demam Korean Wave. Ini menjadi kecenderungan bahwa tren adalah salah satu faktor penting.” jelas dosen yang akrab dipanggil Igak tersebut.
Dijelaskannya remaja bergender perempuan menduduki rating tertinggi sebagai penikmat drama Korea, itu disebabkan karena drakor utamanya ditujukan kepada penonton perempuan. Drama Korea mengarah kepada ikatan emosional yang secara stereotipe lebih dimiliki oleh perempuan.
“Tidak hanya drama Korea sebenarnya, tetapi konsep drama sejak dulu memang diarahkan pada audience perempuan. Drama dibuat untuk mereka yang menyukai sentuhan-sentuhan psikologis emosional, dan itu lebih besar ada pada perempuan,” ujarnya yang sebagai Dosen Kajian Sinema Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR (FISIP UNAIR) itu.
Selain itu, para produser drakor juga melengkapi karya drama dengan sajian fisik yang mempesona dan menampilkan alur cerita yang dramatis. “Semua drama pasti menjual narasi-narasi emosional dan fisik rupawan, itu standar dari drama, cuma masalahnya mereka sedang dalam puncak popularitas,” imbuhnya.
Satu hal yang tidak kalah penting menurut Igak adalah pilihan media penyebaran. Pada era milenial seperti ini, tentu layanan digital menjadi pilihan utama yang banyak digunakan oleh remaja. Sehingga, strategi penetrasi pasar drama Korea memilih menjual pada platform digital seperti media streaming berbayar, aplikasi mobile, dan masih banyak lagi yang lebih digandrungi oleh kawula muda.
“Sinetron Tanah Air hanya dimunculkan melalui tayangan televisi, sementara televisi bukan lagi menjadi pilihan media generasi sekarang, itu voit yang diisi oleh drama Korea. Mereka muncul melalui media internet, streaming berbayar, aplikasi mobile, youtube dan lain-lain, yang itu jauh lebih efektif penetrasi pasarnya ketimbang melalui televisi,” jelasnya yang juga sebagai alumni Curtin University Program Master dan Doktoral itu.
Igak menjelaskan beberapa cerita drama Korea berbeda dengan drama lain. Drama Korea menyajikan cerita yang berbeda dengan cerita dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat kreativitas para kreator dan mereka berkarya dengan bebas dan kreatif.
“Mencari tahu sesuatu yang di luar apa yang kita alami sehari-hari mungkin akan lebih menarik. Sehingga, itu mungkin faktor penyebab mereka menyukai drama Korea, ada hal-hal yang tidak mereka temukan didalam kehidupan sehari-hari, tapi mereka temukan dalam drama Korea,” ujarnya.
Jika dikomparasikan dengan sinetron Tanah Air, mereka mempunyai pangsa pasar sendiri yaitu para penikmat televisi. Hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga kualitas dengan menampilkan cerita yang berbeda. Mengusik pemenang pasar saat ini akan jauh lebih sulit, berpindah ke media internet seperti drama Korea pun tidaklah cukup, tetapi perlu banyak strategi yang lain karena Korean Wave datang pada semua lini, seperti musik, film, kuliner, busana dan lain-lain.
“Prinsip dasar dunia kreatif adalah kalau kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama, karena menjadi yang pertama otomatis menjadi yang terbaik. Tetapi kalau kamu tidak bisa menjadi yang terbaik dan pertama, jadilah yang berbeda, karena dengan menjadi yang berbeda, kamu akan menjadi yang pertama dan bisa jadi yang terbaik,” pungkasnya. dim, rya