
MISFALAH (wartadigital.id) – Dua aspek hablun minallah dan hablun minannas menjadi hal yang selalu ditekankan dalam tausiyah pimpinan KBIHU Bryan Makkah.
KH Syukron Djazilan di Masjid Lantai P Hotel Al Zaer Al Akhyar Misfalah Makkah Al Mukarramah memastikan hal tersebut berjalan dengan baik di hadapan para jemaah haji Bryan Makkah, Senin (10/6/2024) petang.
“Jemaah yang besar jadi kakak. Yang kecil jadi adik. Yang sepantaran jadi saudara,” ujar dia sebelum pembacaan istighatsah bersama. “Ngaji begini ini niat diingatkan. Kalau diingatkan menerima. Karena manusia berpotensi salah,” tambahnya.
Sementara itu, KH. Muchammad Imam Chambali mengawali tausiyahnya dengan membaca Surat Fathir [35]: 35:
الَّذِيْٓ اَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهٖۚ لَا يَمَسُّنَا فِيْهَا نَصَبٌ وَّلَا يَمَسُّنَا فِيْهَا لُغُوْبٌ
alladzî aḫallanâ dâral-muqâmati min fadllih, lâ yamassunâ fîhâ nashabuw wa lâ yamassunâ fîhâ lughûb
“(Dia) yang menempatkan kami di tempat yang kekal (surga) dengan karunia-Nya. Di dalamnya kami tidak lelah dan lesu.”
Abah Chambali menjelaskan, sababun nuzul ayat ini adalah ketika ada sahabat bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, nanti di Surga kalau istirahat di mana?”
Nabi menjawab, “Tidak ada tempat istirahat .”
“Kalau capek?”
“Tidak ada yang capek?”
“Kalau tidur?”
“Tidak ada yang tidur.”
“Kalau ngantuk?”
“Tidak ada yang ngantuk.”
Jadi kesimpulannya, sebut Abah Chambali, penghuni surga itu “melek” terus, senang terus.
Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa orang masuk surga itu karena anugerah (fadhl) Allah, bukan karena haji atau salat. Tapi karena orang salat, orang haji, dia dapat keutamaan atau fadhal dari Allah. “Jaminan masuk surga itu karena pertolongan (pitulung) Allah,” ujar Abah Chambali menegaskan.
Abah Chambali kembali menjelaskan, kelak di surga tak ada orang yang merasa lelah. Berbeda dengan kondisi di dunia. “Di dunia ada susahnya. Memang sekarang belum surga. Itu isinya dunia,” ujar kiai yang selalu berpenampilan santai ini.
“Contohnya sekarang. Di kamar onok sing seneng AC, onok sing gak seneng AC. Jadi gimana? Ya saling menghargai,” tuturnya menasihatkan.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Jihad ini selanjutnya mengingatkan agar selama melaksanakan haji, jemaah tidak bermimpi semuanya berjalan dengan sempurna. Di Arafah misalnya, panasnya dikabarkan pada saat puncak wukuf diperkirakan 49 ‘C. “Tapi yo tetap dilakoni. Ojok sampek ngomong, ‘Gak wes, aku gak nang Arafah. Yo gak sah to le (hajimu)…”
Abah Chambali mengulang, jangan pernah mimpi jadi yang sempurna, termasuk dalam ibadah. “Jangan mimpi, saya selama haji saya akan menyempurnakan ibadah saya. Saya berkali-kali haji, gak pernah sempurna,” lanjutnya.
“Makanya bojo kesel ojok dipekso. Turu iku yo akeh manfaate. Siji, gak iso nyolong. Loro, gak iso ngrasani. Telu, gak iso suudzon. Wis pokoke dinikmati. Di dunia nggak ada yang sempurna. Makanya dibiasakan Alhamdulillah,” ujar dia.
Abah Chambali memberikan tamsil lain, bahwa salat pun tak ada yang sempurna. Oleh karena itu ada salat sunnah. Fungsi salat sunnah itu untuk menambal kekurangsempurnaan salat yang wajib.
“Mangkane wong sing gak tau sembayang wajib, terus riyoyo sembayang, koyok nambal kathok, tapi gak nduwe kathok. La sing ditambal opo? Lambene ta,” kelakar dia disambut tawa jemaah.
Contoh lain, membaca al-Qur’an juga tak ada yang sempurna. “Njenengan tahu keplesete wong moco Qur’an? Awale moco rodo biasa. Ada orang, lebih dienakkan. Dadi pancen angel dadi wong apik iku.”
Sebelum menjelaskan tentang pelaksanaan Qurban bagi jemaah yang menghendakinya, Abah Chambali mengingatkan bahwa salat di Tanah Suci, sama dengan salat di Masjidil Haram. “Cuma memang mareme bedo. Apalagi salat di pelataran Ka’bah, sambil memandang Ka’bah,” lanjutnya. edt