TRENGGALEK (wartadigital.id) – Cuaca ekstrem yang terjadi di Jawa Timur tampaknya patut diwaspadai semua pihak. Di Trenggalek, tercatat ada 13 desa pesisir pantai yang rawan terjadi tsunami. Desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Watulimo, Munjungan, dan Kecamatan Panggul.
Potensi bencana alam itu mulai diwaspadai pemerintah dengan memasang sejumlah sirene peringatan di beberapa titik. Sirene tersebut terkoneksi langsung dengan Pusdalops BPBD Trenggalek.
Jika sewaktu-waktu ada peringatan ancaman tsunami oleh BMKG, maka petugas akan membunyikan sirine sebagai tanda bahaya, agar masyarakat segera mengevakuasi diri. Potensi ini mulai diantisipasi dengan menggelar simulasi dampak tsunami.
Simulasi yang digelar di Pantai Konang, Desa Nglebeng, Kecamatan Panggul ini, diikuti aparat kepolisian, TNI, dan sejumlah instansi kebencanaan serta masyarakat di pesisir selatan, Selasa (2/3/2021). Dalam simulasi ini, memperagakan detik-detik gempa, tsunami hingga proses evakuasi penyelamatan warga, hingga penanganan para korban.
Aksi ini dimulai dengan aktivitas masyarakat nelayan di pesisir pantai pada kondisi normal, saat itulah disimulasikan terjadi gempa berskala besar dan berpotensi tsunami. Masyarakat yang tadinya beraktivitas kaget dan berlarian menjauhi pantai.
Petugas kepolisian, TNI dan serta instansi kebencanaan yang mengetahui potensi tsunami langsung mendatangi kawasan pantai untuk membantu mengevakuasi masyarakat, menuju ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
Kapolres Trenggalek AKBP Doni Satria Sembiring mengatakan dalam simulasi tersebut pihaknya juga memperagakan proses penanganan korban pascaterjadi tsunami. Termasuk evakuasi korban yang tersangkut di atas pohon, luka-luka, maupun meninggal dunia.
“Ini adalah salah satu upaya kami untuk menyamakan persepsi saat terjadi tsunami, sehingga masing-masing instansi maupun masyarakat tahu apa yang harus dikerjakan,” kata Doni saat dikonfirmasi, Rabu (3/3/2021).
Dijelaskan Doni, sinergitas penanganan yang solid dalam sangat dibutuhkan, mengingat bencana alam tersebut tidak dapat diprediksi sebelumnya. Dengan ketrampilan yang telah tertata, maka diharapkan akan meminimalisir jatuhnya korban luka maupun jiwa.
“Yang perlu diingat, tiga kecamatan di selatan Trenggalek ini rawan terhadap ancaman tsunami. Untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antar instansi maupun masyarakat,” imbuhnya.
Lanjut Doni, tanggap darurat bencana tsunami harus terintegrasi secara matang, mulai awal evakuasi hingga penanganan para pengungsi.”Layanan kesehatan, hingga dapur umum harus siap juga,” jelasnya.
Sementara itu Wakil Bupati Trenggalek Syah Mohammad Natanegara berharap potensi bencana di pesisir selatan harus disadari oleh seluruh elemen masyarakat. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan sangat dibutuhkan.
“Penanganan tsunami adalah tanggung jawab bersama. Kami berharap dengan pelatihan ini, pola penanganan diantara instansi kebencanaan terbentuk dengan baik,” kata Syah.
Sementara itu dari catatan BPBD Kabupaten Trenggalek terdapat 13 desa di pesisir selatan yang rawan ancaman tsunami. Desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Watulimo, Munjungan, dan Kecamatan Panggul.
Terkait potensi bencana alam itu, pemerintah telah memasang sejumlah sirene peringatan yang tersebar di beberapa titik. Sirene tersebut terkoneksi langsung dengan Pusdalops BPBD Trenggalek. Jika sewaktu-waktu ada peringatan ancaman tsunami oleh BMKG, maka petugas akan membunyikan sirine sebagai tanda bahaya, agar masyarakat segera mengevakuasi diri. oko, det