wartadigital.id
Headline Manca

AS Diam-diam Kerahkan Rudal Microwave yang Diklaim Mampu Lumpuhkan Fasilitas Nuklir Iran

Reuters
AS diam-diam mengerahkan rudal microwave yang diklaim mampu melumpuhkan fasilitas nuklir Iran.

 

WASHINGTON  (wartadigital.id) – Militer Amerika Serikat (AS) diam-diam telah mengerahkan rudal canggih yang dapat melumpuhkan komponen elektronik di situs nuklir Iran menggunakan gelombang mikro berkekuatan tinggi.

Rudal tersebut, yang dikenal sebagai Counter-Electronics High Power Microwave Advanced Missile Project (CHAMP), pertama kali diuji pada tahun 2012 dan dikembangkan bersama oleh Phantom Works Boeing untuk Laboratorium Penelitian Angkatan Udara AS.

Rudal tersebut diketahui telah beroperasi sejak 2019. Washington tetap bungkam terkait di mana tepatnya AS mengerahkan senjata tersebut atau apakah AS telah berbagi teknologi ini dengan negara lain.

Mary Lou Robinson, mantan Kepala Divisi Gelombang Mikro Daya Tinggi dari Laboratorium Penelitian Angkatan Udara di Pangkalan Angkatan Udara Kirtland, seperti dikutip Mail Online, mengatakan bahwa setidaknya 20 rudal CHAMP saat ini beroperasi.  Menurutnya, misil tersebut mampu menghancurkan sasaran militer apa pun, termasuk fasilitas nuklir.

Bagaimana CHAMP beroperasi? CHAMP dilengkapi dengan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara dan dikirimkan oleh pesawat pengebom B-52. Begitu memasuki wilayah udara musuh, rudal tersebut akan tetap berada pada posisi rendah dan memancarkan energi gelombang mikro berkekuatan tinggi yang diarahkan ke perangkat target.

Hal ini pada akhirnya “menggoreng” dan menghancurkan kemampuan militer musuh tanpa harus menggunakan bahan peledak dan menimbulkan korban jiwa. Menurut laporan Israel Hayom, Minggu (21/4/2024), rudal tersebut dilengkapi dengan electromagnetic pulse cannon. Oven microwave yang sangat kuat dimanfaatkan untuk menghasilkan pancaran energi terkonsentrasi yang memicu lonjakan tegangan pada peralatan elektronik, menjadikannya tidak berguna.

Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah ketika Israel dan Iran saling bertukar serangan rudal dan drone selama seminggu terakhir. Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan Iran bahwa serangan lebih lanjut terhadap Israel akan semakin menjerumuskan Timur Tengah ke dalam konflik.

Iran selama akhir pekan mencoba melindungi peralatannya dari ancaman serangan Israel, namun para pejabat AS mengatakan hal itu tidak akan efektif melawan rudal gelombang mikro berkekuatan tinggi (HPM). Selain bunker bawah tanah dan pusat komando, HPM dapat dengan cepat menonaktifkan pesawat tempur, tank, kapal, dan sistem rudal, menurut para pejabat AS.

Sementara itu ketika militer Israel tetap bungkam atas serangan balasan terhadap Iran pada Jumat lalu, para analis dan pejabat Zionis memperdebatkan apakah skala serangan tersebut merupakan tanda kekuatan atau kelemahan. “Iran harus memahami bahwa ketika mereka bertindak melawan kami, kami mempunyai kemampuan untuk menyerang kapan saja, dan kami dapat menimbulkan kerusakan serius,” kata Eyal Hulata, mantan penasihat keamanan nasional Israel, kepada Army Radio, tak lama setelah muncul laporan bahwa Israel telah melakukan serangan terhadap target di Kota Isfahan, Iran.

Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan di kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan pembalasan besar-besaran atas serangan ratusan rudal dan drone Iran terhadap Israel akhir pekan lalu—yang diklaim militer Zionis hampir semuanya berhasil dicegat, meski fakta lapangan serangan Iran itu menimbulkan banyak kerusakan.

Isfahan memiliki beberapa pangkalan dan fasilitas militer dan diyakini menjadi salah satu dari beberapa lokasi peluncuran serangan Iran terhadap Israel pada Sabtu malam. Dua pejabat AS mengonfirmasi Israel berada di balik serangan itu. Pemerintah Israel mengatakan kepada para pejabat dan kedutaannya untuk tidak mengonfirmasi atau membahas serangan tersebut, sebuah praktik yang cukup umum, menurut para pejabat Zionis.

Media pemerintah Iran mengonfirmasi serangan Israel yang melibatkan drone, dan mengatakan operasi tersebut gagal dan tidak menimbulkan kerusakan. Banyak analis Israel menekankan pentingnya koalisi longgar yang dibentuk akhir pekan lalu antara Israel, AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara Arab di kawasan yang mampu menangkis serangan rudal dan drone Iran. sin, ins

Related posts

BPBD Sidoarjo Ungkap Lebih Seratus Rumah Rusak akibat Angin Kencang

redaksiWD

Sopir Vanessa Angel Diduga Sempat Main HP, Polisi Sebut Tidak Ada Tanda Pengereman di TKP

redaksiWD

Mahfud Ungkap Perilaku Oknum Pemeras di Polisi, Kejaksaan hingga KPK

redaksiWD